Bicara
perihal perjuangan, hal
pertama yang mungkin akan
terpikirkan oleh
kita pada umumnya ialah berbagai upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Cita-cita yang
serius, harapan tinggi yang benar-benar harus terwujud bagaimanapun sulitnya
tantangan yang akan dihadapi. Seperti halnya perjuangan yang begitu melegenda
kita kenal di tanah air ini, yakni perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang
kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pemuda yang rela
menumpahkan darahnya, berjuang dengan jiwa dan raga untuk mengusir para penjajah. Kemudian
dari uraian tersebut akan kita temukan istilah “pejuang”, namun apa makna sebenarnya dari kata
pejuang ini?
Dalam KBBI online (Kamus Besar
Bahasa Indonesia) kata pejuang berarti orang yang berjuang memperebutkan
sesuatu dengan dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi. Melalui
arti kata tersebut penulis
tertarik mengkaji lebih luas tentang makna pejuang. Namun pemaparan selanjutnya bukanlah pejuang dalam konteks berperang di medan pertempuran,
melainkan hal
menarik dari peristiwa kehidupan yang menceritakan semangat para pejuang untuk mendirikan shalat
subuh berjama’ah.
Lalu bagaimana para pejuang subuh mencapai cita-citanya? Dan mengapa waktu subuh harus
diperjuangkan oleh mereka?
Semua berawal dari sebuah perjalanan para pejuang subuh
(Santri) dari sebuah lembaga
pendidikan Pesantren
Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (Persada), di mana para santri ditempa dan dididik untuk menjadi pribadi yang
unggul.
[FOTO_1: Kemilau
cahaya menyinari alam dan mencerahkan umat dari Masjid Ahmad Dahlan]
Allahu... Akbar… Allahu Akbar…Terdengar suara adzan subuh
berkumandang dari menara Masjid Ahmad Dahlan tepatnya di Kompleks Islamic Center
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Masjid yang diresmikan pada tanggal 19
Juni 2015 ini dibidik menjadi pusat kajian Islam di Kota yang terkenal dengan
makanan khasnya, gudeg. Masjid yang berdiri di atas lahan seluas satu
hektar ini memilki tinggi 40 meter dan mampu menampung 3000 jama’ah ketika
shalat dan 5000 jama’ah ketika pengajian. Desain arsitektur masjid yang bergaya
modern dengan kemegahannya, dan di masjid ini lah para santri ditempa untuk menjadi pejuang yang tangguh
dan bermanfaat seperti
masjidnya.
[FOTO_2:
Gedung Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan tempat mencetak kader-kader pejuang
sejati]
Istaiqidz
akhy…..Istaiqidz…..Kata-kata
yang sering didengar sebagai seorang santri dari pengurus ketika membangunkan
pada waktu subuh dan juga ketika teman sekamar membangunkan teman yang lain. Apa sebenarnya makna dari kata
tersebut. Dari segi bahasa, kata Istaiqidz bermakna meminta untuk dibangunkan dari tidur.
Jika ditelaah lebih mendalam, kata Istaiqidz
bermakna permohonan seorang manusia kepada Allah SWT agar dibangunkan kembali
dari tidur. Waktu tidur adalah waktu dimana seorang manusia yang lemah
dimatikan sejenak oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepantasnya sebagai manusia
yang tidak memiliki daya dan upaya agar selalu berdo'a, mengingat akan
kebesaran Allah SWT. Memohon agar dihidupkan kembali setelah kematian
sejenak. Nah, di Pesantren Mahasiwa ini, para santri di awal semester pertama
masih dibangunkan para pengurus, sedangkan pada semester kedua mereka diharuskan
telah mampu bangun sendiri bagaimana pun caranya. Dengan usaha minta pertolongan teman sekamar,
teman kamar tetangga, atau bahkan beberapa santri berusaha memasang alarm lebih dari satu. Jika tidak bangun maka
akan mendapat hukuman yang mendidik namun membuat mereka jera. Sebenarnya bangun subuh hanya soal
kebiasaan dan niat untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
[FOTO_3: Para santri
sedang berjalan kaki menuju masjid]
Para santri
sedang berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Walau
dalam keadaan cahaya yang temaram dan suhu dingin yang mencekam, mereka tetap semangat untuk
pergi ke masjid, sebab bagi mereka setiap jengkal langkah akan mendapatkan ganjaran pahala dari
Allah SWT.
[FOTO_4:
Sang Mu’adzin sedang mengumandangkan adzan dengan latar belakang langit-langit
masjid berbentuk bagai sang surya]
Gema
adzan menggetarkan seluruh alam raya hingga ke relung-relung
jiwa yang sepi. Adzan
subuh dikumandangkan oleh mu’adzin, dan bagi mereka yang sedang tidur nyenyak agar bersegera menghadap kepada Yang Maha Mulia. Adzan adalah seruan bagi umat Islam
untuk mengingatkan bahwa waktu shalat telah tiba, sedangkan orang yang mengumandangkan adzan disebut mu’adzin. Seruan lafaz adzan
terdiri dari: 4 kali Allahu Akbar, 2
kali Asyhadu alla ilaha Illallah, 2 kali Asyhadu anna Muhahammadar
Rasulullah, 2 kali Hayya ‘Alas Sholah, 2 kali Hayya ‘Alal Falah, 2 kali Hayya ‘Alas
Sholat, 2 kali Allahu Akbar, 1 kali Laa Ilaha Illallah.
Khusus untuk waktu subuh ditambahkan lafaz Assholatu Khairum minannaum (Sholat
lebih utama dari tidur) 2 kali. Dari sini timbul pertanyaan, mengapa khusus
subuh ditambahkan seruan khusus? Ternyata dari lafaz khusus ini terdapat suatu
isyarat penting dimana manusia sering mengabaikannnya, yakni lanjut untuk tidur lagi. Padahal lafaz khusus ini menunjukkan
bahwasannya Allah SWT ingin menunjukkan kasih sayang-Nya kepada
kita semua.
Umat Islam diperintahkan melaksanakan
shalat subuh tidak hanya
sekadar menunaikan
kewajiban semata. Beberapa
penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat shalat subuh ini. Penelitian ilmiah membuktikan jika bangun pada pagi buta kemudian bergerak
melakukan aktivitas, tubuh akan mendapat pengaruh positif yang dapat mencegah penyakit gangguan kardiovaskular (pembuluh darah dan
jantung).
Sejak awal kedatangan Islam, Allah SWT telah memerintahkan
shalat subuh. Tetapi Allah SWT menyampaikan manfaatnya secara tersirat dan baru
terbukti manfaat besarnya pada masa kini.
[FOTO_5:
Berdzikir setelah sholat sebagai sarana instrospeksi diri]
Para santri
sedang berdzikir mengingat kebesaran Allah SWT dengan melakukan introspeksi diri atas perbuatan yang
telah dilakukan. Mereka berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.
Berdzikir tidak harus dilakukan setelah shalat, mengingat Allah SWT bisa dimana
saja dan kapan saja, karena semua manusia pasti akan kembali ke hadirat-Nya.
Semua manusia dituntut untuk selalu mengingat-Nya sehingga tidak mudah untuk
melakukan perbuatan yang melalaikan-Nya.
[FOTO_6:
Kultum: kuliah tujuh menit]
Kultum atau kuliah
tujuh menit adalah seni, yaitu seni dalam menyampaikan suatu kebenaran,
baik berupa petuah, nasehat, motivasi, sejarah, dan lainnya dalam durasi waktu
yang singkat dan efektif. Selain waktu yang singkat, didalam kultum juga
tidak ada dialog tanya jawab sehingga penceramah bisa menyampaikan dengan bebas
dan leluasa. Bagi para santri, kultum merupakan sarana uji mental
untuk mengasah keberanian berbicara di depan khalayak umum.
[FOTO_7: Mendaras Al-Qur’an bersama]
A…Ba…Ta…Tsa…terdengar para santri sedang semangat
mendaras huruf-huruf hijaiyah bersama-sama. Bacaan huruf harus benar
pengucapannya, karena jika salah baca maka makna dari Al-Qur’an akan berbeda.
Dalam satu kelompok mengaji ada satu pembimbing untuk mengajarkan huruf demi huruf hijaiyah,
menyimak ayat demi ayat hafalan Al-Qur’an, dan juga menyimak hafalan
sabda-sabda Nabi Muhammad SAW.
[FOTO_8:
Muraja’ah: Mengulangi hafalan Al-Qur’an]
Al-Qur’an
adalah kitab suci
umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Al-Qur’an sebagai mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi panutan seluruh umat manusia sekaligus membuktikan sifat-sifat
kebesaran-Nya. Membaca dan menghayatinya adalah ibadah. 1400 tahun lalu
Al-Qur’an telah diturunkan namun hingga sekarang tetap terjaga keasliannya
karena berkat hafalan para hafiz (penghafal Al-Qur’an). Kitab suci Al-Qur’an menuntun umat manusia dari segala
zaman untuk menuju kebaikan. Di sini para santri pun diwajibkan untuk menghafal Al-Qur’an, minimal juz 30 (Juz ‘Amma). Setiap pagi akan terdengar lantunan merdu para santri
sedang menghafal Al-Qur’an. Ada yang menghafal surat Al-Ikhlas, An-Naas, ada pula
yang mampu menghafal surat yang panjang-panjang. Selain mendapat pahala berlimpah, menghafal Al-Qur’an juga dapat meningkatkan daya ingat dan
mencerdaskan otak.
Mentari akan terasa semakin indah, saat kau tahu betapa Ia menyayangimu. Ya, mentari memang
indah di pagi hari bagi mereka yang mau menghirup udara segar dan bernafas setelah bangun dari kematian sejenak. Ini
merupakan sesuatu yang wajib disyukuri, berarti Yang Maha Kuasa masih menyayangi kita dengan
memberikan kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan serta meninggalkan segala perbuatan yang sia-sia. Akan tetapi mentari terasa suram apabila tidur malam kita tidak diberikan kesempatan untuk
bangun, alias tidur
selamanya. Maka dari itu pejuang subuh sejati akan terus mensyukuri nikmat-Nya untuk meraih sesuatu yang sangat
dicita-citakan, yang diharap-harapkan, yaitu keridhoan Allah SWT. Wallahua'lam