About

Jumat, 27 November 2015

MENTARI ITU INDAH, SAAT KAU TAHU BETAPA IA MENYAYANGIMU (sebuah kisah perjalanan para pejuang subuh sejati untuk meraih ridho ilahi)

       Bicara perihal perjuangan, hal pertama yang mungkin akan terpikirkan oleh kita pada umumnya ialah berbagai upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Cita-cita yang serius, harapan tinggi yang benar-benar harus terwujud bagaimanapun sulitnya tantangan yang akan dihadapi. Seperti halnya perjuangan yang begitu melegenda kita kenal di tanah air ini, yakni perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pemuda yang rela menumpahkan darahnya, berjuang dengan jiwa dan raga untuk mengusir para penjajah. Kemudian dari uraian tersebut akan kita temukan istilah “pejuang”, namun apa makna sebenarnya dari kata pejuang ini?
Dalam KBBI online (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata pejuang berarti orang yang berjuang memperebutkan sesuatu dengan dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi. Melalui arti kata tersebut penulis tertarik mengkaji lebih luas tentang makna pejuang. Namun pemaparan selanjutnya bukanlah pejuang dalam konteks berperang di medan pertempuran, melainkan hal menarik dari peristiwa kehidupan yang menceritakan semangat para pejuang untuk mendirikan shalat subuh berjama’ah. Lalu bagaimana para pejuang subuh mencapai cita-citanya? Dan mengapa waktu subuh harus diperjuangkan oleh mereka?

Semua berawal dari sebuah perjalanan para pejuang subuh (Santri) dari sebuah lembaga pendidikan Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (Persada), di mana para santri ditempa dan dididik untuk menjadi pribadi yang unggul.

 [FOTO_1: Kemilau cahaya menyinari alam dan mencerahkan umat dari Masjid Ahmad Dahlan]

        Allahu... Akbar… Allahu Akbar…Terdengar suara adzan subuh berkumandang dari menara Masjid Ahmad Dahlan tepatnya di Kompleks Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Masjid yang diresmikan pada tanggal 19 Juni 2015 ini dibidik menjadi pusat kajian Islam di Kota yang terkenal dengan makanan khasnya, gudeg. Masjid yang berdiri di atas lahan seluas satu hektar ini memilki tinggi 40 meter dan mampu menampung 3000 jama’ah ketika shalat dan 5000 jama’ah ketika pengajian. Desain arsitektur masjid yang bergaya modern dengan kemegahannya, dan di masjid ini lah para santri ditempa untuk menjadi pejuang yang tangguh dan bermanfaat seperti masjidnya.

[FOTO_2: Gedung Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan tempat mencetak kader-kader pejuang sejati]

      Istaiqidz akhy…..Istaiqidz…..Kata-kata yang sering didengar sebagai seorang santri dari pengurus ketika membangunkan pada waktu subuh dan juga ketika teman sekamar membangunkan teman yang lain. Apa sebenarnya makna dari kata tersebut. Dari segi bahasa, kata Istaiqidz  bermakna meminta untuk dibangunkan dari tidur.
       Jika ditelaah lebih mendalam, kata Istaiqidz bermakna permohonan seorang manusia kepada Allah SWT agar dibangunkan kembali dari tidur. Waktu tidur adalah waktu dimana seorang manusia yang lemah dimatikan sejenak oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepantasnya sebagai manusia yang tidak memiliki daya dan upaya agar selalu berdo'a, mengingat akan kebesaran Allah SWT. Memohon agar dihidupkan kembali setelah kematian sejenak. Nah, di Pesantren Mahasiwa ini, para santri di awal semester pertama masih dibangunkan para pengurus, sedangkan pada semester kedua mereka diharuskan telah mampu bangun sendiri bagaimana pun caranya. Dengan usaha minta pertolongan teman sekamar, teman kamar tetangga, atau bahkan beberapa santri berusaha memasang alarm lebih dari satu. Jika tidak bangun maka akan mendapat hukuman yang mendidik namun membuat mereka jera. Sebenarnya bangun subuh hanya soal kebiasaan dan niat untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

[FOTO_3: Para santri sedang berjalan kaki menuju masjid]

    Para santri sedang berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Walau dalam keadaan cahaya yang temaram dan suhu dingin yang mencekam, mereka tetap semangat untuk pergi ke masjid, sebab bagi mereka setiap jengkal langkah akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

[FOTO_4: Sang Mu’adzin sedang mengumandangkan adzan dengan latar belakang langit-langit masjid berbentuk bagai sang surya]

        Gema adzan menggetarkan seluruh alam raya hingga ke relung-relung jiwa yang sepi. Adzan subuh dikumandangkan oleh mu’adzin, dan bagi mereka yang sedang tidur nyenyak agar bersegera menghadap kepada Yang Maha Mulia. Adzan adalah seruan bagi umat Islam untuk mengingatkan bahwa waktu shalat telah tiba, sedangkan orang yang mengumandangkan adzan disebut mu’adzin. Seruan lafaz adzan terdiri dari:  4 kali Allahu Akbar, 2 kali Asyhadu alla ilaha Illallah, 2 kali Asyhadu anna Muhahammadar Rasulullah, 2 kali Hayya ‘Alas Sholah, 2 kali  Hayya ‘Alal Falah, 2 kali Hayya ‘Alas Sholat, 2 kali Allahu Akbar, 1 kali Laa Ilaha Illallah. Khusus untuk waktu subuh ditambahkan lafaz Assholatu Khairum minannaum (Sholat lebih utama dari tidur) 2 kali. Dari sini timbul pertanyaan, mengapa khusus subuh ditambahkan seruan khusus? Ternyata dari lafaz khusus ini terdapat suatu isyarat penting dimana manusia sering mengabaikannnya, yakni lanjut untuk tidur lagi. Padahal lafaz khusus ini menunjukkan bahwasannya Allah SWT ingin menunjukkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.        
      Umat Islam diperintahkan melaksanakan shalat subuh tidak hanya sekadar menunaikan kewajiban semata. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat shalat subuh ini. Penelitian ilmiah membuktikan jika bangun pada pagi buta kemudian bergerak melakukan aktivitas, tubuh akan mendapat pengaruh positif yang dapat mencegah penyakit gangguan kardiovaskular (pembuluh darah dan jantung). 
     Sejak awal kedatangan Islam, Allah SWT telah memerintahkan shalat subuh. Tetapi Allah SWT menyampaikan manfaatnya secara tersirat dan baru terbukti manfaat besarnya pada masa kini.
[FOTO_5: Berdzikir setelah sholat sebagai sarana instrospeksi diri]

      Para santri sedang berdzikir mengingat kebesaran Allah SWT dengan melakukan introspeksi diri atas perbuatan yang telah dilakukan. Mereka berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari. Berdzikir tidak harus dilakukan setelah shalat, mengingat Allah SWT bisa dimana saja dan kapan saja, karena semua manusia pasti akan kembali ke hadirat-Nya. Semua manusia dituntut untuk selalu mengingat-Nya sehingga tidak mudah untuk melakukan perbuatan yang melalaikan-Nya.

[FOTO_6: Kultum: kuliah tujuh menit]

           Kultum atau kuliah tujuh menit adalah seni, yaitu seni dalam menyampaikan suatu kebenaran, baik berupa petuah, nasehat, motivasi, sejarah, dan lainnya dalam durasi waktu yang singkat dan efektif. Selain waktu yang singkat, didalam kultum juga tidak ada dialog tanya jawab sehingga penceramah bisa menyampaikan dengan bebas dan leluasa. Bagi para santri, kultum merupakan sarana uji mental untuk mengasah keberanian berbicara di depan khalayak umum.

[FOTO_7: Mendaras Al-Qur’an bersama]

       A…Ba…Ta…Tsa…terdengar para santri sedang semangat mendaras huruf-huruf hijaiyah bersama-sama. Bacaan huruf harus benar pengucapannya, karena jika salah baca maka makna dari Al-Qur’an akan berbeda. Dalam satu kelompok mengaji ada satu pembimbing untuk mengajarkan huruf demi huruf hijaiyah, menyimak ayat demi ayat hafalan Al-Qur’an, dan juga menyimak hafalan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW.

[FOTO_8: Muraja’ah: Mengulangi hafalan Al-Qur’an]
        
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an sebagai mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi panutan seluruh umat manusia sekaligus membuktikan sifat-sifat kebesaran-Nya. Membaca dan menghayatinya adalah ibadah. 1400 tahun lalu Al-Qur’an telah diturunkan namun hingga sekarang tetap terjaga keasliannya karena berkat hafalan para hafiz (penghafal Al-Qur’an). Kitab suci Al-Qur’an menuntun umat manusia dari segala zaman untuk menuju kebaikan. Di sini para santri pun diwajibkan untuk menghafal Al-Qur’an, minimal juz 30 (Juz ‘Amma). Setiap pagi akan terdengar lantunan merdu para santri sedang menghafal Al-Qur’an. Ada yang menghafal surat Al-Ikhlas, An-Naas, ada pula yang mampu menghafal surat yang panjang-panjang. Selain mendapat pahala berlimpah, menghafal Al-Qur’an juga dapat meningkatkan daya ingat dan mencerdaskan otak.
            Mentari akan terasa semakin indah, saat kau tahu betapa Ia menyayangimu. Ya, mentari memang indah di pagi hari bagi mereka yang mau menghirup udara segar dan bernafas setelah bangun dari kematian sejenak. Ini merupakan sesuatu yang wajib disyukuri, berarti Yang Maha Kuasa masih menyayangi kita dengan memberikan kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan serta meninggalkan segala perbuatan yang sia-sia. Akan tetapi mentari terasa suram apabila tidur malam kita tidak diberikan kesempatan untuk bangun, alias tidur selamanya. Maka dari itu pejuang subuh sejati akan terus mensyukuri nikmat-Nya untuk meraih sesuatu yang sangat dicita-citakan, yang diharap-harapkan, yaitu keridhoan Allah SWT. Wallahua'lam


0 komentar:

Posting Komentar