About

JEPRET STARTRAIL

memotret jejak bintang di malam hari

Bangun Dari Kematian Sejenak

Islam agama yang sangat indah dan harmonis

Mentari itu indah, saat kau tahu betapa Ia menyayangimu

sebuah kisah perjalanan para pejuang subuh sejati untuk meraih ridho ilahi

Poster Dakwah

karena Dakwah Tak Harus Ceramah

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 27 November 2015

MENTARI ITU INDAH, SAAT KAU TAHU BETAPA IA MENYAYANGIMU (sebuah kisah perjalanan para pejuang subuh sejati untuk meraih ridho ilahi)

       Bicara perihal perjuangan, hal pertama yang mungkin akan terpikirkan oleh kita pada umumnya ialah berbagai upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita. Cita-cita yang serius, harapan tinggi yang benar-benar harus terwujud bagaimanapun sulitnya tantangan yang akan dihadapi. Seperti halnya perjuangan yang begitu melegenda kita kenal di tanah air ini, yakni perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pemuda yang rela menumpahkan darahnya, berjuang dengan jiwa dan raga untuk mengusir para penjajah. Kemudian dari uraian tersebut akan kita temukan istilah “pejuang”, namun apa makna sebenarnya dari kata pejuang ini?
Dalam KBBI online (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata pejuang berarti orang yang berjuang memperebutkan sesuatu dengan dengan mengadu tenaga; berperang; berkelahi. Melalui arti kata tersebut penulis tertarik mengkaji lebih luas tentang makna pejuang. Namun pemaparan selanjutnya bukanlah pejuang dalam konteks berperang di medan pertempuran, melainkan hal menarik dari peristiwa kehidupan yang menceritakan semangat para pejuang untuk mendirikan shalat subuh berjama’ah. Lalu bagaimana para pejuang subuh mencapai cita-citanya? Dan mengapa waktu subuh harus diperjuangkan oleh mereka?

Semua berawal dari sebuah perjalanan para pejuang subuh (Santri) dari sebuah lembaga pendidikan Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (Persada), di mana para santri ditempa dan dididik untuk menjadi pribadi yang unggul.

 [FOTO_1: Kemilau cahaya menyinari alam dan mencerahkan umat dari Masjid Ahmad Dahlan]

        Allahu... Akbar… Allahu Akbar…Terdengar suara adzan subuh berkumandang dari menara Masjid Ahmad Dahlan tepatnya di Kompleks Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Masjid yang diresmikan pada tanggal 19 Juni 2015 ini dibidik menjadi pusat kajian Islam di Kota yang terkenal dengan makanan khasnya, gudeg. Masjid yang berdiri di atas lahan seluas satu hektar ini memilki tinggi 40 meter dan mampu menampung 3000 jama’ah ketika shalat dan 5000 jama’ah ketika pengajian. Desain arsitektur masjid yang bergaya modern dengan kemegahannya, dan di masjid ini lah para santri ditempa untuk menjadi pejuang yang tangguh dan bermanfaat seperti masjidnya.

[FOTO_2: Gedung Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan tempat mencetak kader-kader pejuang sejati]

      Istaiqidz akhy…..Istaiqidz…..Kata-kata yang sering didengar sebagai seorang santri dari pengurus ketika membangunkan pada waktu subuh dan juga ketika teman sekamar membangunkan teman yang lain. Apa sebenarnya makna dari kata tersebut. Dari segi bahasa, kata Istaiqidz  bermakna meminta untuk dibangunkan dari tidur.
       Jika ditelaah lebih mendalam, kata Istaiqidz bermakna permohonan seorang manusia kepada Allah SWT agar dibangunkan kembali dari tidur. Waktu tidur adalah waktu dimana seorang manusia yang lemah dimatikan sejenak oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepantasnya sebagai manusia yang tidak memiliki daya dan upaya agar selalu berdo'a, mengingat akan kebesaran Allah SWT. Memohon agar dihidupkan kembali setelah kematian sejenak. Nah, di Pesantren Mahasiwa ini, para santri di awal semester pertama masih dibangunkan para pengurus, sedangkan pada semester kedua mereka diharuskan telah mampu bangun sendiri bagaimana pun caranya. Dengan usaha minta pertolongan teman sekamar, teman kamar tetangga, atau bahkan beberapa santri berusaha memasang alarm lebih dari satu. Jika tidak bangun maka akan mendapat hukuman yang mendidik namun membuat mereka jera. Sebenarnya bangun subuh hanya soal kebiasaan dan niat untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

[FOTO_3: Para santri sedang berjalan kaki menuju masjid]

    Para santri sedang berjalan menuju masjid untuk melaksanakan shalat subuh berjama’ah. Walau dalam keadaan cahaya yang temaram dan suhu dingin yang mencekam, mereka tetap semangat untuk pergi ke masjid, sebab bagi mereka setiap jengkal langkah akan mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

[FOTO_4: Sang Mu’adzin sedang mengumandangkan adzan dengan latar belakang langit-langit masjid berbentuk bagai sang surya]

        Gema adzan menggetarkan seluruh alam raya hingga ke relung-relung jiwa yang sepi. Adzan subuh dikumandangkan oleh mu’adzin, dan bagi mereka yang sedang tidur nyenyak agar bersegera menghadap kepada Yang Maha Mulia. Adzan adalah seruan bagi umat Islam untuk mengingatkan bahwa waktu shalat telah tiba, sedangkan orang yang mengumandangkan adzan disebut mu’adzin. Seruan lafaz adzan terdiri dari:  4 kali Allahu Akbar, 2 kali Asyhadu alla ilaha Illallah, 2 kali Asyhadu anna Muhahammadar Rasulullah, 2 kali Hayya ‘Alas Sholah, 2 kali  Hayya ‘Alal Falah, 2 kali Hayya ‘Alas Sholat, 2 kali Allahu Akbar, 1 kali Laa Ilaha Illallah. Khusus untuk waktu subuh ditambahkan lafaz Assholatu Khairum minannaum (Sholat lebih utama dari tidur) 2 kali. Dari sini timbul pertanyaan, mengapa khusus subuh ditambahkan seruan khusus? Ternyata dari lafaz khusus ini terdapat suatu isyarat penting dimana manusia sering mengabaikannnya, yakni lanjut untuk tidur lagi. Padahal lafaz khusus ini menunjukkan bahwasannya Allah SWT ingin menunjukkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.        
      Umat Islam diperintahkan melaksanakan shalat subuh tidak hanya sekadar menunaikan kewajiban semata. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat shalat subuh ini. Penelitian ilmiah membuktikan jika bangun pada pagi buta kemudian bergerak melakukan aktivitas, tubuh akan mendapat pengaruh positif yang dapat mencegah penyakit gangguan kardiovaskular (pembuluh darah dan jantung). 
     Sejak awal kedatangan Islam, Allah SWT telah memerintahkan shalat subuh. Tetapi Allah SWT menyampaikan manfaatnya secara tersirat dan baru terbukti manfaat besarnya pada masa kini.
[FOTO_5: Berdzikir setelah sholat sebagai sarana instrospeksi diri]

      Para santri sedang berdzikir mengingat kebesaran Allah SWT dengan melakukan introspeksi diri atas perbuatan yang telah dilakukan. Mereka berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari. Berdzikir tidak harus dilakukan setelah shalat, mengingat Allah SWT bisa dimana saja dan kapan saja, karena semua manusia pasti akan kembali ke hadirat-Nya. Semua manusia dituntut untuk selalu mengingat-Nya sehingga tidak mudah untuk melakukan perbuatan yang melalaikan-Nya.

[FOTO_6: Kultum: kuliah tujuh menit]

           Kultum atau kuliah tujuh menit adalah seni, yaitu seni dalam menyampaikan suatu kebenaran, baik berupa petuah, nasehat, motivasi, sejarah, dan lainnya dalam durasi waktu yang singkat dan efektif. Selain waktu yang singkat, didalam kultum juga tidak ada dialog tanya jawab sehingga penceramah bisa menyampaikan dengan bebas dan leluasa. Bagi para santri, kultum merupakan sarana uji mental untuk mengasah keberanian berbicara di depan khalayak umum.

[FOTO_7: Mendaras Al-Qur’an bersama]

       A…Ba…Ta…Tsa…terdengar para santri sedang semangat mendaras huruf-huruf hijaiyah bersama-sama. Bacaan huruf harus benar pengucapannya, karena jika salah baca maka makna dari Al-Qur’an akan berbeda. Dalam satu kelompok mengaji ada satu pembimbing untuk mengajarkan huruf demi huruf hijaiyah, menyimak ayat demi ayat hafalan Al-Qur’an, dan juga menyimak hafalan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW.

[FOTO_8: Muraja’ah: Mengulangi hafalan Al-Qur’an]
        
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an sebagai mukjizat yang membuktikan kerasulan Nabi panutan seluruh umat manusia sekaligus membuktikan sifat-sifat kebesaran-Nya. Membaca dan menghayatinya adalah ibadah. 1400 tahun lalu Al-Qur’an telah diturunkan namun hingga sekarang tetap terjaga keasliannya karena berkat hafalan para hafiz (penghafal Al-Qur’an). Kitab suci Al-Qur’an menuntun umat manusia dari segala zaman untuk menuju kebaikan. Di sini para santri pun diwajibkan untuk menghafal Al-Qur’an, minimal juz 30 (Juz ‘Amma). Setiap pagi akan terdengar lantunan merdu para santri sedang menghafal Al-Qur’an. Ada yang menghafal surat Al-Ikhlas, An-Naas, ada pula yang mampu menghafal surat yang panjang-panjang. Selain mendapat pahala berlimpah, menghafal Al-Qur’an juga dapat meningkatkan daya ingat dan mencerdaskan otak.
            Mentari akan terasa semakin indah, saat kau tahu betapa Ia menyayangimu. Ya, mentari memang indah di pagi hari bagi mereka yang mau menghirup udara segar dan bernafas setelah bangun dari kematian sejenak. Ini merupakan sesuatu yang wajib disyukuri, berarti Yang Maha Kuasa masih menyayangi kita dengan memberikan kesempatan untuk selalu berbuat kebaikan serta meninggalkan segala perbuatan yang sia-sia. Akan tetapi mentari terasa suram apabila tidur malam kita tidak diberikan kesempatan untuk bangun, alias tidur selamanya. Maka dari itu pejuang subuh sejati akan terus mensyukuri nikmat-Nya untuk meraih sesuatu yang sangat dicita-citakan, yang diharap-harapkan, yaitu keridhoan Allah SWT. Wallahua'lam


Sabtu, 06 Juni 2015

Bangun dari kematian sejenak


إستيقظ أخي.........إستيقظ
   Kata-kata yang sering kami dengar sebagai seorang santri dari pengurus ketika membangunkan pada waktu subuh dan juga ketika teman sekamar membangunkan teman yang lain. Tetapi apa sebenarnya makna dari kata tersebut. Dari segi bahasa Arab, kata (إستيقظ) bermakna meminta untuk dibangunkan dari tidur. Bahasa Arab sendiri adalah bahasa yang memiliki makna mendalam, sehingga tidak heran jika Al-Quran diturunkan Allah SWT di bumi para Anbiya' (Nabi-Nabi). 
    Jika ditelaah lebih mendalam, kata (إستيقظ) bermakna permohonan seoarang hamba kepada Allah SWT agar dibangunkan kembali dari tidur. Waktu tidur adalah waktu dimana seorang hamba yang lemah dimatikan sejenak oleh Allah SWT. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita sebagai hamba yang tidak memiliki daya dan upaya agar selalu berdo'a, mengingat akan kebesaran Allah SWT dan memohon agar dihidupkan kembali setelah kematian sejenak itu. Waktu kecil, sering kita diajarkan agar senantiasa berdoa ketika hendak tidur dengan membaca:

بِاسْمِكَ اللّهُمَّ أَحْيَاوَأَمُوتُ 
Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan mati

Dan ketika bangunpun kita berdo'a atas limpahan rahmat-Nya sebagai wujud rasa syukur dibangunkan kembali dari kematian sejenak dengan membaca

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku kembali setelah mematikan aku dan kepada Allah akan bangkit

Sungguh Islam agama yang sangat indah dan harmonis. Wallahu a'lam

PERSADA UAD, 20 Sya'ban 1436 H


Selasa, 24 Maret 2015

PERMASALAHAN KARYA SASTRA NASIONAL KONTEMPORER YANG BERSIFAT CABUL DAN BAGAIMANA SOLUSINYA

oleh: Mustofa Ahyar
(Lomba Esai Festival Jazirah Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 2-8 November 2014)

    Berbicara mengenai sastra, pasti yang terpikirkan pertama kali adalah novel bahkan para penggemar karya sastra ini menghabiskan waktu luangnya dalam satu hari untuk melahap satu atau dua judul novel. Kata “sastra” sendiri tentunya tidak asing bagi para penggemar novel, namun apakah anda tahu arti sastra? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Menurut Sapardi Joko Damono (1979), seorang pujangga Indonesia terkemuka, definisi sastra adalah suatu gambaran kehidupan, yaitu kehidupan yang sesuai dengan fakta sosial. Kata sastra sendiri merupakan serapan dari bahasa Sansekerta yang artinya pedoman atau ajaran. Dalam esai ini pembahasan lebih dititik beratkan pada permasalahan karya sastra nasional kontemporer yang bersifat cabul dan bagaimana solusinya. 
baca selengkapnya disini

Cara Alam Menghibur Kita




Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita 

lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. 
Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik 
datang membakar hari. Sebalkah anda?

Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi 

perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. 
Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain 
malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. 
Sebalkah anda? Mengapa keadaan seringkali tak bersahabat? 
Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. 
Inikah yang disebut dengan "ketidakmujuran"?


Lebih baik anda tetap tersenyum, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara 

alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri sendiri, dan 
bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari kerena kita 
tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan 
diri sendiri. Kita lupa bahwa jikalau keinginan kita tidak 
tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, 
meski serasa kecut, tak apalah.

Flower Photography part 2


Beatifully flower taken by Nikon D3100+kit lens


HASIL JEPRET FOTO STARTRAIL 1


  Fotografi startrail adalah teknik memotret jejak bintang di malam hari. Hasil foto-foto saya di bawah ini diambil menggunakan kamera NIKON D3100. Hasilnya lumayan bagus walaupun masih banyak noise disana-sini. Adapun untuk menggabungkan foto, saya menggunakan aplikasi "Startrails" kemudian untuk kecerahan dan ketajaman warna menggunakan aplikasi Adobe Lightroom 5.6. Untuk aplikasi "Startrails" bisa unduh disini




ISRA’ MI’RAJ (Sebuah Ibrah ataukah Formalisme Ritualitas Keagamaan)


Barangkali, bagi komunitas muslim sejagad, khususnya muslim nusantara, suatu yang tidak terlewatkan dalam setiap bulan Rajab adalah peringatan momen Isra’ Mi’raj. Peristiwa besar yang direkam oleh kitab suci al- Qur’an itu seolah telah berakulturasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan ‘ritualitas’ keberagamaan muslim Indonesia.  Sehingga, riuh bulan Rajab selalu sejoli dengan momentum perayaan Isra’ Mi’raj yang diyakini terjadi pada tanggal 27 Rajab.
Walaupun, tidak semua pendapat menyatakan peristiwa Isra dan Mi’rajnya Rasulullah Muhammad saw itu jatuh pada waktu tersebut, karena Ibn Ishaq al-Harbiy berpendapat bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rabi al-Akhir, setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah saw ke Madinah. Seremonialisasi berbagai peristiwa sejarah keagamaan, khusunya Isra’ Mi’raj, akhirnya hanya sebatas ritual budaya yang seolah terjebak oleh kungkungan cerita waktu dan tempat kejadian suatu peristiwa itu semata.
Akibatnya, penterjemahan peristiwa sejarah tersebut terjebak dalam rutinitas yang tidak jarang lari dari maksud dan tujuan sebenarnya mengapa peristiwa itu diciptakan dan dicatat oleh Allah di dalam kitab suci-Nya. Penterjemahan peristiwa Isra’ Mi’raj semacam itu, akhirya juga terperangkap dalam pola keberagamaan yang formalistik, yang cenderung abai terhadap substansi dan orientasi ajaran agama itu sendiri. Sehingga seolah-olah, bulan Rajab hanya sebatas ruang pengulangan cerita tentang apa yang dialami dan ditemukan oleh Rasulullah dalam perjalanan mu’jizat besarnya itu. Jeratan formalisme keberagamaan inilah yang kemudian menjadi anomalik dan bahkan simalakama, yang membuat kualitas beragama umat tidak pernah terukur dengan baik.
Bahkan, formalisme keberagamaan cenderung menjadi senjata yang memangsa umatnya sendiri. Dari statement ini, tentu menjadi sangatlah relevan, jika dipertanyakan, sejauh manakah kualitas keberagamaan umat dengan rutinnya perayaaan hari besar keagamaan itu? adakah peringatan dan perayaan hari besar tersebut memberi kontribusi terhadap pemahaman umat terhadap ajaran agamanya, sehingga mampu direalisasikan dalam semua lini kehidupan? Apakah juga perayaan yang dilakukan secara rutin setiap tahun itu sudah benar adanya, dan sudah sesuai adanya dengan ajaran Islam yang kita anut ini. Ataukah, adanya  perayaan Isra’ Mi’raj ini adalah bagian dari ritual taklid buta dan kapitalisme pragmatis.

Dari sini, muncul sebuah pertanyaan besar yang patut kita renungkan bersama, apa makna haqiqi dari Isra’ Mi’raj bagi umat Islam. Dan apakah penterjemahan peristiwa Isra’ Mi’raj ini hanya sebatas dengan perayaan besar-besaran yang belum jelas dalil dan tuntunan syar’inya. Kemudian sejauh manakah setiap individu muslim mampu mengartikulasikan ajaran yang terkandung dalam peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut. Sudahkah para eksekutor negara, wakil rakyat, kaum intelektual, ekonom, tenaga pendidik maupun rakyat, menjadikan kandungan hikmah peristiwa Isra dan Mi’raj sebagai standar evaluasi keberagamaan, baik personal maupun secara kolektif. Segala pertanyaan tadi terasa sangat serius, mengingat, jebakan formalisme perayaan hari besar keagamaan Islam, khususnya Isra’ Mi’raj, tidak akan mengantarkan umat kepada izzahnya sesuai cita sejarah. Dengan demikian, semua peristiwa agung itu hanya sebatas cerita rutin yang miskin misi, menguras energi dan krisis orientasi. Jika itu yang terjadi, maka perayaan tahun berikutnya hanya pesta umat di atas nisan kuburan kemajuan peradaban mereka sendiri yang tiada manfaat dan sia-sia.{Sy}

PRIMITIF MODERN


       Perkembangan fashion dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat, fenomena ini bisa kita lihat di tempat – tempat perbelanjaan, butik, dan masih banyak lagi. Berbagai desain busana dipajang di depan toko dengan gaya yang bermacam - macam agar para konsumen tertarik. Para perancang busana berlomba – lomba mengeluarkan ide mereka ke busana yang akan dibuat begitu juga dengan pabrik tekstil. Ini menunjukkan bahwa masyarakat sekarang sadar bahwa kebutuhan fashion bukan hanya sekedar berpakain, tapi merupakan sebuah gaya dan trendi sehingga fashion juga bisa disebut sebagai alat komunikasi atau sarana komunikasi di masyarakat.
       Ada sebuah cerita dari salah satu dosen sebuah universitas; “ketika saya berumur 15 tahun, saya diajak kakak sepupu untuk ikut mengajar di desa – desa terpencil di bawah lereng gunung. Saya pun menyetujuinya dan esoknya kami berangkat bersama. Ketika sampai di desa yang dituju, kami melihat masyarakat setempat masih sangat primitf mereka hanya berpakain seadanya ada yang memakai pakaian dalam bahkan ada yang masih menggunakan dedaunan tetapi inilah misi kami untuk mendidik mereka agar berkemajuan. Air di desa tersebut sangatlah sejuk dan jernih karena berasal dari gunung langsung.”
     Dari cerita di atas, ada sesuatu yang menggelitik yaitu pada perkembangan fashion zaman sekarang banyak yang di luar batas atau melanggar syari’ah. Kita tidak usah jauh – jauh untuk melihat orang – orang primitf cukup anda berjalan – jalan di pusat perbelanjaan anda akan melihat sekumpulan orang primitif sedang menikmati sajian khas zaman purbakala. Inilah yang disebut dengan primitf modern yang banyak melanggar aturan – aturan Allah SWT, padahal telah jelas disebutkan dalam Al – Qur’an: “Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya; janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. (QS. An-Nur [24]: 31). Maka dari itu wahai saudara seiman, marilah kita bersama – sama menjadi seorang hamba Allah yang selalu taat dengan segala perintah – Nya dan jika ingin mengikuti perkembangan fashion yang semakin pesat tidaklah mengapa tapi tetap dalam batas koridor keislaman yang syar’i. Wallahu A’lam (MA)

PROSES PERATAAN CAMPURAN SUSU AGAR HOMOGEN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK



      Secara alamiah yang dimaksud susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan, yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya atau ditambahkan bahan lain. Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar.
    Proses pengolahan susu yang baik dan benar bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam, berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran dan transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses inovasi teknologi pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu di bidang pangan. Sentuhan inovasi teknologi yang digunakan selama proses produksi akan membuat proses produksi berjalan lebih efisien dengan hasil yang lebih optimal. Dengan demikian semakin lama akan semakin banyak jenis produk susu yang dikenal. Hal ini sangat menggembirakan dan merupakan langkah yang sangat tepat untuk mengimbangi laju permintaan pasar.
      Banyak inovasi teknologi yang telah dilakukan di dunia pengolahan susu, salah satunya pada proses homogenisasi. Inovasi teknologi yang dibutuhkan dalam proses ini adalah yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat. Untuk tujuan tersebut, metode yang dapat dijadikan pilihan adalah metode ultrasonik.
Untuk lebih lengkapnya silahkan cek disini


Senin, 23 Maret 2015

Belajar Nggambar Bareng dengan corelDRAW


      Dahulu waktu kecil, menggambar hanya bisa dilakukan di atas kertas, tapi seiring perkembangan zaman dengan semakin canggihnya dunia teknologi, menggambar tidak hanya dilakukan di atas kertas tapi juga dapat dilakukan di atas perangkat elektronik mulai dari komputer jinjing, telepon pintar, dan lainnya. Dan disini saya ingin berbagi salah satu tips menggambar ombak dengan perangkat lunak corelDRAW. semoga bermanfaat...Salam Kreatif

silahkan cek disini

Selasa, 24 Februari 2015

Karya Desain I - Pamflet

Assalamu'alaikum sahabat kreatif
Silahkan diunduh disini beberapa karya desain I pamflet yang pernah saya buat.
Semoga bermanfaat


Senin, 23 Februari 2015

KONSEP PENDIDIKAN YANG IDEAL DI INDONESIA MENURUT AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Banyak bukti yang menunjukkan masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Dari segi fasilitas, tercatat masih ratusan ribu sekolah rusak di seluruh penjuru Nusantara. Dari segi sistem, pemerintah masih bingung dan tidak konsisten terhadap kurikulum yang ideal untuk diterapkan. Rendahnya mutu guru di Tanah Air dan persebarannya yang tidak merata juga menjadi hal yang sangat ironis, padahal Indonesia berada di peringkat ketiga dalam hal pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia. (Nurfuadah, 2013).

Permasalahan pendidikan lainnya dari segi pendanaan, anggaran memang terus ditingkatkan dari tahun ke tahun namun perlu ada pengawasan, agar dana digunakan tepat sasaran. Pendanaan dari pemerintah untuk sekolah atau istilahnya sekarang BOS (Biaya Operasional Sekolah) memang cukup membantu, namun perlu dicermati dalam hal distribusi serta sasaran pendanaan tersebut. Di wilayah tertentu siswa (baik kaya atau miskin) terbebas dari biaya SPP dari SD hingga SMA, namun di wilayah-wilayah lain hal ini belum terlaksana. Jika masalah ini disepelekan maka akan banyak fenomena guru merangkap jadi tukang ojek. Masalah pendanaan juga akan berimbas pada ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang layak (Fauqy, 2013)
Untuk lebih jelasnya silahkan klik disini

CRIMES OF HONOR DI TURKI, bagaimana solusinya?


oleh: Mustofa Ahyar
(dalam rangka Lomba Esai Festival Timur Tengah Universitas Indonesia 12-17 April 2014)

Hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia, bahkan sejak ia dalam kandungan karena hak asasi ini bersifat kodrati dan merupakan pemberian dari Tuhan. Hak asasi manusia berlaku secara universal dan tidak berpihak pada siapapun. Namun faktanya, terkadang hak asasi ini tidak berlaku pada suatu daerah tertentu karena adanya budaya dan tradisi yang dipertahankan turun-temurun. Padahal budaya dan tradisi tersebut sangat jelas melanggar hak asasi manusia yang sering diabaikan. Salah satu budaya dan tradisi tersebut yang hingga kini masih bertahan yaitu fenomena sosial crimes of honor (Yulianti, 2013).
Crimes of honor adalah sebuah fenomena sosial, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ‘kejahatan demi kehormatan’. Lebih rinci lagi, istilah ini merujuk pada tindak kejahatan terhadap anggota keluarga yang mayoritas dialami oleh kaum perempuan, misalnya istri, ibu, anak, kakak, atau adik perempuan demi membersihkan kehormatan keluarga yang dianggap telah mencoreng nama baik keluarga. Pelaku pembunuhan ini umumnya dilakukan oleh keluarga laki-laki, misalnya ayah, saudara laki-laki, paman, atau kerabat laki-laki mereka (Malini, 2010). Tindakan yang telah dianggap mempermalukan keluarga tersebut misalnya zina, bercerai, berselingkuh, atau menjadi korban pemerkosaan. Crimes of honor  merupakan suatu istilah yang digunakan dalam berbagai perwujudan kekerasan terhadap perempuan, seperti pembunuhan, penganiayaan, kurungan penjara, dan kekerasan dalam rumah tangga. Menurut salah satu badan khusus PBB bidang dana kependudukan atau United Nations Population Fund (UNFPA) kurang lebih 5.000 kasus crimes of honor yang terjadi di dunia setiap tahunnya di seluruh belahan dunia (UNFPA, 2000).
Baca selengkapnya disini